Rabu, 14 Mei 2014

A Place To Remember

A place to remember biasanya merupakan tempat indah yang menentramkan jiwa, menenangkan hati,  dan menyegarkan pikiran :c. Saya punya beberapa kenangan tempat indah tak terlupakan yang pernah saya kunjungi bersama teman ataupun keluarga tapi, ada tempat yang sampai hari ini saya ingat bukan dengan segala keindahannya melainkan dengan segunung penyesalan menyertai :#.


"Masya Alloh,.. bisa berhenti sebentar nggak Bi?" tanya saya pada suami yang mengendarai motor. "Keburu deres yank" jawab suami sambil tetap melaju. Uugh... sesal saya dalam hati. "Napa Ummi?" tanya akhtar yang saya pangku. "Ndak nak, kasihan kakak-kakak itu. Tidur di pinggir jalan." sambil saya tetap menoleh ke belakang. Motor yang kami naiki pun semakin menjauhi mereka. Rintik hujan semakin ramai turun ke bumi.


Hanya ilustrasi, bukan gambar yang sebenarnya.
Sumber dari sini

Tempat itu adalah suatu sudut di depan sebuah rumah yang sedang direnovasi. Kami melewatinya ketika pulang berbelanja di tengah rintik hujan. Di tempat tersebut terdapat potongan kayu-kayu berserakan, tumpukan batu bata yang tersusun rapi, gunungan pasir di sebelah batu bata. Terdapat  pula beberapa karung yang terisi penuh (mungkin) dengan puing. Tepat di depan karung-karung tersebut terdapat dua anak lelaki. Yang satu duduk memeluk kakinya dengan wajah tertunduk di lututnya. Anak kedua sedang tidur meringkuk tepat di sebelah anak pertama. Mereka sama-sama beralaskan papan triplek. Ada karung kosong tergeletak di dekat mereka. Mungkin mereka pemulung.


Yang membuat saya ingin menghentikan laju motor suami adalah mereka. Ya, saya ingin bertanya pada mereka. Apa yang membuat anak itu tidur meringkuk?. Sedang sakitkah?. Parahkah sakitnya? atau hanya lelah?. Sangat lelahkah mereka hingga hujan rintik pun tak mereka hiraukan?. Dimana rumah mereka?. Mengapa anak yang sedang duduk tidak membangunkan anak kedua padahal hujan mungkin semakin deras?. Aahh begitu banyak pertanyaan yang mungkin akan saya ajukan pada mereka. Di samping itu, mungkin ada beberapa camilan anak-anak saya yang bisa saya berikan untuk mereka. Mungkin mereka kelaparan. Astagfirullah, penyesalan saya semakin menjadi.


Memang benar pernyataan kalau kebaikan itu tidak boleh ditunda-tunda. Penyesalan saya akan terbawa hingga entah kapan. Kejadian ini sudah beberapa minggu yang lalu tapi hati ini masih perih bila mengingatnya. Lebih karena kok ya saya setega itu pada mereka. Kok ya saya tidak lebih tegas meminta suami berhenti. Saya yakin tidak akan memakan waktu lama toh kalaupun hujan, kami bisa berteduh. Kok ya saya seperti tiada daya upaya. Duh Gusti, ampuni kami... :y


Terimakasih tuk mbak Nurul dengan A Place To Remember Giveaway nya yang membuat saya berjanji kalau menemukan anak-anak yang membutuhkan bantuan akan segera menolong mereka. I'll promise my self. Semoga Alloh selalu melindungi anak-anak yang kurang beruntung. Yang harus bertahan hidup di luar sana, sendiri.





#Lebihpedulisekitaryuk

8 komentar:

Santi Dewi mengatakan...

Aamiin. Semoga mereka baik2 saja ya...

Unknown mengatakan...

Amin... Terimakasih mbak Santi ;)

paresma.psikolog mengatakan...

sangat menginspirasi ya Bund, semoga baik2 aja

Unknown mengatakan...

Amin, semoga mereka biak-baik saja ya mbak Yanuarty. Terimakasih

Astin mengatakan...

YA Allah...kadang aku berpikir tega sekali orangtua yang membiarkan anak-anak berada di luar, atau mungkin itu adalah keinginan anak-anak itu sendiri (aach pasti tidak mungkin yaaak)

Unknown mengatakan...

Iya mbak Astin, kalau ada pilihan, anak-anak itu pasti maunya ya bermain dan sekolah bukan bekerja, mencari nafkah.

Uniek Kaswarganti mengatakan...

Duh, saya jadi ikutan miris bacanya Mba, semoga kedua anak itu baik2 saja.

Terima kasih telah berpartisipasi dlm GA ini, good luck :)

Unknown mengatakan...

Iya mbak Uniek,.. terimakasih ;)

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca,... please give your comment here ;)