Selasa, 06 Juni 2017

Tentang Empati & Berkata Baik




Beberapa tahun belakangan ini, jagat dumay alias dunia maya ramai, ricuh, rusuh, (what other word can you say to describe it?) dengan mom's war. Mulai dari ASI vs sufor (Dah basi bangeeeet inih), cesar vs normal, working mom vs stay at home mom, sampai pembantu vs non pembantu. Apalagi ya? kayanya gendongan vs stroller juga pernah ya? banyak ya bahan untuk war?. He he karena saya nggak pernah ikutan war dan nggak berminat juga jadi nggak tau deh update-an war di dumay. Temen aja yang suka ngasih tau war apa yang sedang berlangsung :D


Tapi tau nggak sih? saya, yang nggak pernah war-waran inih *bahasa apa ini? :) diajak perang coba di whatsapp group. Nggak diajak juga sih sebenernya tapi apa namanya coba kalau ngeluarin statement yang mojokin saya ke pojokan banget, digenjet lemari, jati lho ya bukan plastik trus ditutup tirai hitam and lampu dimatiin. Ngajak perang kan itu mah? But thanks God it's Ramadhan ya... jadi lucky you, jurus-jurus daku nggak keluar nih.


Bermula dari niat saya memasukkan anak ke suatu tempat belajar informal, sebut saja X. Ternyata, jadwal belajar di X terbilang unik. Tidak selang satu hari seperti tempat belajar informal lainnya. Biasanya kan senin-rabu, selasa-kamis gitu kan ya? Iya aja yah, daripada-daripada :D. Nah, di X itu, senin-selasa, rabu-kamis. Tidak akan menjadi masalah kalau si anak cuma belajar di X. Akan menjadi masalah kalau belajar juga di Y misalnya. Jadwal akan bentrok kan?.


Dalam rangka mencari solusi yang terbaik saya bertanya pada pengajar via whatsapp group, bagaimana jalan keluarnya?. Tak disangka tak dinyana, ada seorang wali murid dengan santainya bilang: Saya akan memprioritaskan jadwal belajar di X karena ini jalan ke surga. What!!!! *bukan kalimat tanya. Saya kesel bangeeet but i'm trying to control myself. Istighfar.... cuma kalo deket sih pengen nyolek sambil bilang, tau empati nggak sih mak?.


Tuk menyalurkan kekesalan, saya kasih liat deh tuh obrolan di grup ke pak suami. Saya duga pak suami yang cenderung nggak suka ribut pasti komen "Ya udah, nanti gampang itu" etapi ternyata nggak, dia mendadak jadi kompor meleduk "Nggak dibales Mi?". Membara donk saya 😁 etapi Alhamdulillah, sekali lagi dengan kekuatan ramadhan, kalem lagi saya. "Biasanya dibales" *kompor masih meleduk. Kasih senyuman manis "Ih, nggak lah ya, rugi". Percakapan di gruppun sudah selesai. Masih belum ada solusi.


Beberapa hari kemudian, jadwal belajar X fix keluar. Dikabarkan via whatsapp group. "Siap pak Ustadz", "Fulan siap pak", "Fulanah siap" rata-rata tanggapan wali murid. Eh ada satu donk tetiba muncul dengan masalah yang sama seperti saya, jadwal anaknya bentrok. Wah, ada temen nih pikir saya. Nggak lama, batal deh dia jadi teman saya setelah komen "Saya coba atur jadwal di tempat lain". Saya nggak masalah sama statement beliau... Alhamdulillah kalau bisa diatur seperti itu. Yang masalah kan kalau emang totally nggak bisa diganggu gugat kaya jadwal anakku trus ada yang komen "bapak, ibu pentingkanlah jadwal di x karena ini akan menjadi penerang kubur". *Saya langsung close whatsapp 😂 #takberdaya


Beberap hari kemudian, diri ini nggak tahan juga :D. Saya ketik juga kalimat demi kalimat, panjang kali lebar deh and send. Ramadhan makes the sentences beautifull and ngademin ati. Ya, saya memilih kata-kata yang baik instead of ngeluarin unek-unek. Yeay ternyata banyak yang jadi tim saya, mereka setuju dengan apa yang saya bilang. Laaah baru berani keluar dan berpendapat 😅


Alhamdulillah, menulis memang bisa membuat kita tetap waras, sehat jiwa, sehat batin, ples ngarep sehat kantong juga 😊. Trus, dah dapet solusi? Belum, tapi saya yakin, niat baik menyelaraskan ilmu akhirat dan ilmu dunia akan diberi jalan keluarnya oleh Alloh. Semoga Alloh memudahkan, aamiin... ples karena pak suami kenal dengan ustadznya sih, jadi agak tenang. Segera saya disposisikan aja deh masalah atur jadwal ke pak suami 😁


Betewe,... Curhatam saya ini bener nggak kalau ini termasuk war? Ah, anggap aja bener deh ya... Daripada-daripada 😁


With Love
-Indah-