“Lulusan apa?” karyawan yang ibu
temui bertanya dengan nada ketus.
Ibu menjawab “SMA.”
“Minimal sarjana di sini” sambil
melemparkan surat lamaran ibu ke atas meja.
“Ya Alloh, sakit sekali hati ibu,
In. Ya, mau ngomong apalagi. Memang ibu cuma lulusan SMA, nggak bisa kuliah.
Makanya kamu sekolah yang tinggi, nggak pa pa ibu nggak punya apa-apa. Yang
penting anaknya sekolah.” Ibu saya bercerita tentang pengalamannya melamar di
sebuah BUMN pada tahun 70-an.
“Kalau berpendidikan itu nggak
akan di hina orang.” Sambung Ibu lagi
Pengalaman yang tidak mengenakkan
itulah yang membuat ibu saya berjuang mati-matian agar ketiga anaknya dapat
mengenyam pendidikan tinggi. Maklum, bapak hanya PNS dan ibu seorang karyawati
di suatu yayasan yang bergerak di bidang dakwah islam. Jadi secara matematis,
menguliahkan anak adalah suatu hal yang tidak masuk akal. Uangnya dari mana
lagi?. Tapi rupanya segala hal di dunia ini tidak semua bisa kita dasarkan pada
kelogisan akal semata. Satu di tambah satu belum tentu hasilnya dua. Tidak
percaya? Buktinya, jika satu orang sholat sendiri dapat pahala satu tetapi
kalau ditambah satu orang lagi yang artinya dua orang berjamaah, akan
menghasilkan dua puluh tujuh pahala. Dalam kasus tersebut berarti satu tambah
satu hasilnya dua puluh tujuh.
Penghasilan utama yang tidak bisa
diharapkan membuat ibu saya melakukan usaha lainnya. Ibu yang alhamdulillah
dikaruniai banyak kebisaan, melakukan usaha dari keahliannya. Ibu menerima
pesanan jahitan skala besar seperti seragam anak TK, seragam jamaah haji. Ibu
juga membuat kue-kue untuk dijual. Yang membuat saya kagum, semua hal itu
dilakukan selepas jam kerja bahkan bisa sampai tengah malam. Karena sesampainya
di rumah, ibu memasak dulu untuk makan malam kami sekeluarga. Huuft, betapa
lelahnya beliau. Biasanya kalau sudah kelelahan keluhan yang datang adalah
sakit pinggang. Saya yakin, segala kelelahannya sudah terhitung sebagai pahala
di sisiNya.
Dengan penghasilan kedua orangtua
yang pas-pasan bahkan cenderung kurang tidak membuat hati kedua orangtua saya
minder sehingga memilih pendidikan dan sarana pendidikan yang seadanya. Mereka
akan memasukkan kami ke sekolah yang berkualitas baik dan menyediakan segala
sarana untuk mendukung pembelajaran kami. Walau mungkin hanya komputer bekas
tapi masih sangat layak pakai. Buku-buku apapun yang kami minta pasti dibelikan
yang demi potongan harga yang lumayan, mereka harus membelinya di pasar senen,
tempat grosir buku-buku pelajaran. Kalkulator yang dibelikanpun bukan
kalkulator biasa, kalkulator scientific
yang canggih diupayakan untuk kami. Bahkan kami diikutkan pula belajar tambahan
di lembaga bimbingan belajar ternama. Semua hanya untuk memberikan masa depan
yang baik bagi kami, tidak dihina orang lagi seperti beliau dulu :o.
Terkadang, jika jalan rezeki usaha
jahitan maupun jualan kue ibu sedang tidak ada orderan, Alloh memberikan jalan
lain berupa jalan pinjaman. Ya, menurut saya, adanya jalan pinjaman juga suatu
jalan rezeki. Ibu bisa meminjam di kantornya, bapak bisa meminjam di bank
dengan agunan SK PNS nya. Sudah beberapa kali, SK bapak harus disimpan dulu di
bank. Istilah ibu, Sk bapak di “sekolahkan” dulu.
Saya pernah tertegun menemukan
kertas catatan prediksi pengeluaran ibu yang tercecer. Di kertas itu tertulis
rinci kebutuhan rutin rumah tangga hingga kebutuhan kami, ketiga anaknya. Di
baris paling bawah tertulis jumlah minus Rp. 300.000,- dengan beberapa buah
tanda tanya berbaris di belakangnya. Ya Alloh, bagaimana saya bisa membantu
beliau? Jerit saya dalam hati. Saya sedih sekali karena melihat ibu agak muram
dan saya tidak bisa berbuat apa-apa :(. Tangan ini hanya terbiasa menadahkan
tangan kepada beliau.
Dalam hal kesabaran, ibu saya
juaranya :@. Beliau tidak pernah marah yang amat besar pada kami, ketiga anaknya.
Bentakan atau suara bernada tinggi seingat saya tidak pernah saya dengar.
Bahkan cubitan atau pukulan kecilpun tidak. Betapa sabarnya beliau menghadapi
kami yang walaupun perempuan semua tetapi sering membuat ulah. Entah itu
berkelahi sesama kami atau kegaduhan kami bermain. Huft,.. berbeda sekali
dengan saya dalam menghadapi tingkah polah anak saya. Sepertinya saya sering
kehabisan stok kesabaran tetapi beliau tidak. Bahkan untuk menghadapi anak-anak
sayapun beliau masih punya banyak stok kesabaran.
Dalam hal cinta dan sayang pada
anak, tidak perlu diragukan lagi. Amat banyak pengorbanan yang beliau lakukan
demi memenuhi keinginan dan kebutuhan kami. Salah satu hal yang saya ingat
adalah beliau pasti membawa pulang kue-kue pemberian di kantor untuk kami di
rumah. Beliau enggan memakannya karena ingat kalau kue itu kesukaan
anak-anaknya. Bahkan masih terbawa sampai sekarang saya sudah beranak dua. Sering
ada kue untuk saya setiap hari rabu selesai pengajian di kantor ibu. Untuk
pakaian, beliau masih perlu berpikir dua-tiga kali kalau mau membeli baju
dengan alasan baju lama masih sangat layak pakai. Tetapi untuk anak dan cucu,
tidak perlu berpikir dua-tiga kali pasti langsung di beli :v.
Sekarang beliau sudah berhasil
mengantarkan kami hingga lulus kuliah, bisa bekerja, dan menikah. Bukan hal
yang mudah bagi beliau. Banyak doa, keringat, lelah, dan air mata di sana. Lewat
tulisan ini, saya ingin berterimakasih atas segala doa, keringat, kelelahan,
dan bahkan mungkin air mata ibu untuk saya dan kedua adik saya. Atas segala
untaian indah doanya. Atas segala dorongan semangatnya. Atas setiap tetes
ASInya. Atas setiap syaraf yang terputus ketika melahirkan kami. Atas setiap kekhawatirannya di kala diri ini sakit. Atas limpahan kasih
sayangnya. Atas kepercayaannya. Atas ridhonya. Thanks mom!!! :k.
Doakan selalu anakmu ini agar senantiasa bisa
berbakti, bisa menjadi anak sholehah yang doa untuk keselamatan Ibu dunia
akhirat senantiasa di dengar olehNya. Maaf untuk segala kelakuan kami,
anak-anakmu yang walaupun kami tahu bahwa berkata “ah” pada mu saja tidak
boleh, kami bahkan mengatakan lebih dari “ah”. Ada Ih, uh, dan bahkan
serentetan keluhan tentang mu baik aksi nyata di depan atau hanya di
belakangmu. Simpuh kami rela jalani demi ridhomu, yang akan menjadikanNya ridho
pula pada kami. Love you as always mom :L, thanks and sorry for everything!!
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan: Hati Ibu Seluas Samudera
3 komentar:
Tolong kirim artikel di atas ke email saya ya Jeng ( decholik@gmail.com) karena saya tidak bisa copy.
Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Hati Ibu Seluas Samudera
Segera didaftar
Salam hangat dari Surabaya
Siip Pakdhe,.. matur suwun ;)
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca,... please give your comment here ;)