Selasa, 19 September 2017

Tentang Perempuan & Sekolah





Apa perlu perempuan sekolah tinggi? Sarjana- Magister- bahkan sampai Doktoral? Enggak Perlu!!! Buat apa? mau bersaing dengan laki-laki?. Mau lebih unggul atas lelaki?. Mau dibilang perempuan maju dan modern?. Nggak usaaah. Perempuan itu cukup bisa masak-ngerti mana jahe mana lengkuas, bisa nyuci baju, bisa ngurus suami dan anak. Udah.


Ketika anak menginjak remaja, mereka asyik bersosial media, berselancar di dunia maya, kita yang tidak berwawasan luas, kurang paham dengan apa yang anak-anak lakukan. Pergaulan anak-anak makin luas. Anak-anak tidak terkontrol, naudzubillahi min dzaalik


Suami semakin hari semakin meningkat dan bertambah kualitas dan kapasitas dirinya. Kita masih stuck in that line. Kita diajak ngobrol jadi nggak nyambung. Suami cari teman yang nyambung diajak ngobrol, kebetulan kok ya perempuan, terus berlanjut. Naudzubillahi min dzaalik.


Astaghfirulloh... agak ngeri juga ya kalau perempuan tidak upgrading dirinya. Terlepas dari bekerja atau tidak ya... Perempuan adalah guru pertama anak-anak. Perempuanlah yang mendidik anak-anak. Perempuanlah tempat kembali anak-anak mereka. Perempuanlah "dokter" keluarga. Perempuanlah "apoteker" keluarga. Perempuanlah "akuntan" keluarga. Perempuanlah "ahli gizi" keluarga. Perempuanlah "desainer" baju keluarga. Perempuanlah "motivator" keluarga. Perempuanlah yang dibawah telapak kakinya ada surga. 


Wuih betapa mulianya seorang perempuan ya??.. banyak pula keahlian yang harus dimiliki. Apakah bisa diperoleh tanpa bersekolah? Bisa... melalui pengalaman dan wawasan yang luas. Melalui pembelajaran informal. Akan luar biasa lagi kalau perempuannya berpendidikan tinggi. Pola pikirnya berbeda, akan lebih siap dan tangguh dalam mendidik generasi.


If You educate a man, you educate a man.  If you educate a woman, you educate a generation 


Bener banget ya???... baik buruknya suatu bangsa, bisa dilihat dari perempuannya. Karena apa? karena perempuanlah yang paling sering berinteraksi dengan anak-anaknya. Paling dekat dan tempat kembali bagi anak-anaknya. Bapak? Ada, dibutuhkan juga tapi ikatan emosi anak lebih tinggi dengan ibunya. Mungkin karena sembilan bulan didalam perut ibu ditambah disusui dua tahun? Kayanya sih karena itu ya...


Pendidikan bagi perempuan adalah sama halnya dengan pendidikan untuk laki-laki. Tidak ada pembedaan. Yang membuatnya berbeda adalah masyarakat itu sendiri. Ngeliat perempuan jadi sarjana mungkin sekarang nggak aneh lagi ya... Tapi bayangkan beberapa puluh tahun lalu. Lulus SD, nikahin aja. Atau bahkan memang dari awal tidak disekolahkan karena ya, untuk apa???. Toh perempuan nantinya akan mengurusi anak-anak dan suami. Perempuan yang S2 bahkan S3 dulu bisa dipastikan jarang banget ya... Beda dengan beberapa tahun belakangan ini.


Pengalaman keluarga besar saya sendiripun masih seperti itu. Semua anak perempuan kakek tidak disekolahkan setelah SMA. Jatah kuliah hanya untuk anak laki-laki kakek. Alhamdulillah, beberapa anak perempuan kakek berjuang kuliah sambil bekerja demi bisa membiayai kuliah dengan uangnya sendiri. Alasan kakek berbuat seperti itu tidak saya ketahui persisnya kenapa.


Sesungguhnya, perempuan yang berpendidikan itu bukan dalam rangka menyaingi laki-laki atau untuk bersaing semata. Pendidikan untuk perempuan diperlukan untuk menguatkan dan bersinergi dengan laki-laki membentuk generasi yang cemerlang. Kurang lebih sama dengan yang mbak Ira tuliskan tentang Perempuan dan sekolah tinggi di web Kumpulan Emak Blogger.


Jika memang tidak berkesempatan untuk melanjutkan sekolah tinggi, perempuan tetap harus meningkatkan kualitas diri dan menambah wawasan dengan misalnya banyak membaca, bersosialisasi, aktif di masyarakat, melek teknologi. Updating situation out there deh!!. Jadi, anak-anak ngapain kelak di sosial media, kita tau dan bisa mengawasi. Suami ngajak ngobrol politik, ekonomi, sampai olahraga, hayuk ajah. Keren kan??


Perempuan hanya seputar dapur, sumur, dan kasur?? O pleaaasee deh. What year is it? :). 


Tulisan kedua dalam #collablogging kumpulan emak blogger, kelas Dee Lestari


With Love
  -Indah-


Rabu, 06 September 2017

3Q Tuk Siap Menikah




Pernikahan adalah pembelajaran seumur hidup. Setuju? Saya sih iya pake banget. Di pernikahan atau kehidupan berumah tangga perlu ilmu ekonomi, komunikasi, tata boga, tata busana, kedokteran, sampai ilmu mengatasi genteng bocor. Lengkap semua diperlukan dalam pernikahan walau bukan tingkat advance. Kalau nggak ada proses pembelajaran, bubar jalan dah itu bahtera rumah tangga. Naudzubillahi min dzaalik.


Saya menikah tidak melalui proses pacaran bahkan belum pernah mengenal calon suami. Kami taaruf dan 3 bulan kemudian menikah. 3 bulan bisa mengenal lebih dalam? Tidak :). 3 bulan disibukkan persiapan menikah, boro-boro ayang-ayangan :). Full sibuk keliling vendor. Alhamdulillah wa syukurillah, banyak kemudahan yang diberikan Alloh. 


Keyakinan, itu satu kata yang membuat kami mantap menikah. Setelah sholat istikhoroh, hati ini mantap dan ringan saja menghadapi semuanya. Tidak sedikit keluarga besar yang keheranan. Nggak keliatan pacaran, tau-tau ngabarin mau lamaran. Sampai kakak tertua ibu saya jadi detektif dadakan, menyelidiki keluarga suami. Khawatir calon suami cuma mau nipu saya. Saya nggak kepikiran sampe situ sih, tapi Alhamdulillah terimakasih banyak atas perhatian dan penyelidikannya ya Pakde!! :*


Singkat cerita, kami menikah bulan April 2007. Yup, it's our 10th year now. Ada banyak tawa juga tangisan. Kalo nggak kuat-kuat dan karena KEYAKINAN tadi mah, udah jalan sendiri-sendiri kali :(.
Sebenernya, selain keyakinan, apa lagi sih yang perlu disiapkan menjelang pernikahan?. Kalau mba Faradila Danasworo Putri nulis ini kalau saya, punya 3Q for you:
  1. Spiritual Quotient
  2. Emotional Quotient
  3. Intelligence Quotient
He he... not exactly 3Q ya... 3-sesuatu-Q tepatnya :)


Spritual Quotient
Menurut literatur, spiritual quotient (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai postif. Hadeuh kok jadi ribet ya??. Kalau sepemahaman saya sih, kecerdasan jiwa itu ya kecerdasan spiritual *ha ha cuma bolak-balik ajah. Ok, let's get more serious.


Kecerdasan spiritual itu bisa terwujud jika asupan secara spiritualnya cukup dan bergizi. Analoginya kaya makanan dan minuman aja, jiwa itu bisa lapar dan haus juga. Butuh apa jiwa ini? Butuh mengenal, dekat, dan bergantung pada penciptanya, Allah Illahi Robbi. Dari sudah mengenal, dekat, dan bergantung inilah akan muncul keyakinan yang saya sebutkan diawal.


Ya, bekal pertama saya menikah adalah keyakinan. Bukan keyakinan saya pribadi dapat menjadi istri, ibu yang sholihah dan berhasil. Bukan keyakinan calon suami dapat menjadi imam, suami, dan bapak yang sholih dan baik. Saya berkeyakinan, Allah akan menjaga kami, menolong kami, serta memberi kemudahan bagi kami untuk menjalankan perannya masing-masing sesuai syariat. Jika semua sudah menjalankan dengan baik perannya masing-masing maka tujuan menikah akan tercapai, insya Alloh.


Nah, untuk yang mau menikah, penting banget untuk cerdas spiritual. Trust me, you'll need something big rather than a shoulder to cry on!!. Ya, kamu butuh Yang Maha Besar untuk menghadapi segala ujian yang pasti datang setelah menikah. Dari remeh temeh handuk nggak dijemur abis dipakai sampai *naudzubillahi min dzalik* ujian besar rumah tangga (silahkan dibayangkan sendiri). Semenjak menikah saya sadar, nggak semua bisa kita curhatin ke sahabat apalagi ke orangtua. Saya lebih memilih curhat langsung ke Pemilik Hidup, Pengenggam Hati kami. Dilema sih tepatnya. Mo curhat tuh berasa buka aib sendiri ples khawatir bukan solusi yang didapat, malah provokasi. Maklum lah, sahabat atau orangtua kan ada kecenderungan memihak kita to?


Cara untuk cerdas spiritual gimana donk?. Perbanyak ibadah sunah jawabannya. Puasa, sholat malam, sholat hajat, sholat rawatib, sholat dhuha, sholat istikhoroh, dan jangan lupa tilawahnya. Alhamdulillah sebelum menikah saya yakin dan sampai sekarangpun masih yakin Alloh selalu akan memberi pertolongan. Bukan berarti saya luar biasa dalam hal ibadah ya... Saya merasa aman karena saya yakin ada Alloh, selalu ke Alloh, dan Alloh lagi Alloh lagi. Gitu aja.


Emotional Quotient
Definisinya adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Sudah jelas kan ya?. EQ ini kepake kebangetan deh kalo dah berumahtangga. Sabar, tekan ego, menahan amarah, banyak memaklumi, memahami, intinya sih banyak kompromi.


Ngadepin suami dan anak-anak kalau nggak bisa ngendaliin emosi ya bisa berantem terus. Di awal-awal pernikahan sih saya nggak mau ngalah. Adu argumen sering banget. Tapi kalau dah menang, nggak bahagia juga kok. Tidak akan menjadi rumahku surgaku lagi. Capek itu mah. Nah pinter-pinter deh biar cerdas EQ. Always dzikrullah will help you a lot.

Selain itu, Sekarang saya dah tau kuncinya. Saya lebih sering mengalah walau saya yakin saya benar jika terjebak dalam argumen. mengalah untuk menang lho ya!! Ha ha ha ini jangan sampai bocor ke suami. Yes, you need strategy and a cup of hot tea. Iyain aja duluuu kalo besok dah in a good mood, ajak bicara baik-baik sambil dikilik-kilik manja. Kalau nggak berhasil juga, ya udah sih takdir!!. Gitu aja. Based on this hadits:

"Saya menjamin rumah di surga bawah, bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun ia benar. Dan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan berdusta, sekalipun untuk bercanda; serta rumah di surga atas bagi orang yang bagus akhlaknya"

Pelukan erat juga bisa mengobati segalanya. kalau saya capek fisik pastikan capek jiwa juga ya... Saya marah, sedih atau lagi pms pasti saya sering minta peluk. Either suami or anak-anak. pelukan eraaat beberapa detik akan melapangkan hati.


Intelligence Quotient
IQ adalah kecerdasan manusia dalam kemampuan untuk menalar, merencanakan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, pemahaman gagasan, berpikir, dan kemampuan berbahasa. Kumplit kan ya... all the things you need to build a family. Pernikahan akan menghasilkan keturunan dan tanggungjawab orangtuanyalah untuk menjadikan anak-anaknya bahagia di dunia dan akhirat. Nggak main-main kan??.

Seorang ibu harus pandai karena ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya sedangkan ayah yang menjadi kepala sekolahnya. Kudu cerdas juga kaaan??. Jadi, carilah calon istri yang cerdas karena hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan itu diturunkan dari gen ibu sedangkan karakter diturunkan dari gen ayah. Cari calon suami yang akhlaknya baik ya... Untuk perempuan, jadilah cerdas dan senantiasa mau belajar. Ya, mau belajar aja sih intinya. Percuma pinter tapi kalau nggak update.


IQ dibutuhin banget tuk mengatur keuangan karena kalo nggak salah denger dari infotainment, kebanyakan artis cerai karena faktor ekonomi :). Bener nggak siih??. Memang uang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang bro!! Mungkin itu tagline nya :). Kemampuan berbahasa juga ditunjang dari si IQ ini. Nggak sedikit salah paham antar pasanagn maupun dengan anak karena komunikasi yang tidak baik.


Memasak juga sesuatu yang harus dipelajari. Alhamdulillah kalau sudah ahli dan menyukai bidang masak-memasak. Saya? ke dapur aja jarang-jarang waktu gadis. Setelah menikah, semangat tuk bisa memasak muncul. Beli buku resep menu masakan sebulan adalah my first action. Sekarang sih nggak perlu beli buku-buku resep lagi. Bukan karena dah jago juga siiih... lebih ke googling ajah. Ha ha ha. Kenapa saya mau memasak? Karena ngeliat sumi nambah makan tuh sesuatu banget and dapet acungan jempol dari anak-anak itu priceless.


That's 3-something-Q tuk siap menikah. Bukan berarti kalian ngublek-ngublek kelamaan cari calon yang IQ tinggi, SQ, dan EQ oke juga siiih. Apalgi merutuki diri jika 3Q nya belum memenuhi kualifikasi. Nggak ada manusia yang sempurna. Yang terpenting adalah, kemauan untuk meningkatkan kapasitas diri melalui parameter 3Q tadi dengan senantiasa belajar, belajar, dan belajar. jangan lupa selalu memohon pada Sang Pencipta tuk diberi kemudahan dalam meningkatkan kualitas dan kapasitas diri.


Siap tuk selalu jadi manusia unggul?? Selalu mau belajar dan buruan nikaaah!! karena kalian akan dipaksa tuk belajar :). Saya doakan semoga disegerakan ya....


Tulisan untuk #collablogging kumpulan emak blogger


With Love
   -Indah-