Pernah dengar julukan mama sabtu?. Saya baru mendengar nya akhir-akhir ini. Mama sabtu adalah julukan yang diberikan untuk ibu-ibu bekerja yang cuma bisa "nongol" di sekolah anaknya waktu hari sabtu karena sabtu is working off alias ga ngantor.
Senang dapat julukan mama sabtu? atau sedih? saya rasa yang perlu dipertanyakan di sini adalah kenapa perlu ada julukan mama sabtu? ehm, mungkin supaya lebih mudah diidentifikasi tapi identifikasi apa :t?.
Saya alhamdulillah tidak mendapat julukan seperti itu di sekolah anak saya, my cousin yang dapet julukan seperti itu. Di sekolah anak saya, mama senin-sabtu (ini julukan gress dari saya tuk mereka yang bisa nganter jemput anaknya dari senin sampe sabtu) dengan mama sabtu akur, adem ayem tentrem. Malah mama senin-sabtu mudah berbagi info ke mama sabtu tentang kegiatan di sekolah. Akur kan?
lanjutin bacanya yuuk....
Berbeda dengan sekolah keponakan saya. Mama senin-sabtu dan mama sabtu punya blok masing-masing, mereka otomatis memisahkan diri ke mama senin-sabtu or mama sabtu. dan saling nyinyir satu sama lain *Duh Gusti,... :f
Berbeda dengan sekolah keponakan saya. Mama senin-sabtu dan mama sabtu punya blok masing-masing, mereka otomatis memisahkan diri ke mama senin-sabtu or mama sabtu. dan saling nyinyir satu sama lain *Duh Gusti,... :f
Mungkin untuk mama anak kelas 1 yang baru dateng langsung ditanya di pintu gerbang ma ketua blok masing-masing. "Kerja bu?" kalau "iya" masuk blok di sebelah kanan kalau jawabanya "tidak" masuk ke blok yang ada di sebelah kiri. dan untuk melegalkan nya dibutuhkan surat keterangan dari kantor atau surat keterangan tidak bekerja dari RT setempat *channelmenghayallagion :r
Dari cerita my cousin, banyak omongan-omongan ga penting yang bisa mudah didengar dari mama senin-sabtu atau mama sabtu. salah satunya:
"Ih, kok tega ya ninggalin anak tiap hari?" seperti tidak mau kalah, mama sabtu bilang "Mo kondangan bu, nganter anak pake high heels and baju gonjreng?"
Gimana bu ibu? apa rasanya denger omongan kaya gitu?:(
Kalau saya mendengar kalimat "Ih, kok tega ya ninggalin anak tiap hari" yang pasti saya akan:
1. Marah
2. Marah
3. Marah
4. Marah lagi,...
Tapi, saya teringat satu hadits.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ : لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ
[رواه البخاري]
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rosululloh sholallohu 'alaihi wasallam: (Ya Rosululloh) nasihatilah saya. Beliau bersabda: jangan kamu marah. beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka Rosululloh bersabda Jangan kamu marah (Riwayat Bukhori).
Ehm,... Let's take a deep breath sambil istigfar. tarik, buang, tarik, buang. Pinteeeer :@
Mari kita salurkan marah kita ke bentuk lain yaitu banting pintu curhat di blog saja. Kenapa saya marah (sudah dibatalkan barusan) merasa perlu curhat di blog? karena saya mau menceritakan apa perasaan saya stiap hari harus meninggalkan anak di rumah. Saya mengangkat diri sebagai perwakilan ibu-ibu yang bernasib sama *tunjuklangsungtanpalelangjabatan.
I really love saturday and sunday coz I can spend all the day with my family :c . Senang sekali rasanya mencium udara sabtu pagi karena saya bisa ngurusin suami dan anak2 sepanjang hari. Anak2 dan suami sayapun merasakan hal yang sama. Athaya sering sekali menanyakan:
"besok hari sabtu ya ummi?"
"Sebentar lagi ya cinta,.. ehm, 2 hari lagi lho"
dan dengan mata berbinar thaya mulai merencanakan kegiatan sabtu:
"Ummi anterin aku sekolah ya trus kita main sepeda ya trus kita nonton film serem ya, trus kita ke taman,..." trus, trus dan masih banyak lagi rencananya. Sedih rasanya tidak bisa ada secara fisik untuknya stiap waktu tapi saya menjamin saya ada untuknya setiap waktu secara batin. "Ga cukup kalee" kata mama senin-sabtu. loh kok ada mereka di sini? :t.
Di hari sabtu selain antar jemput athaya, kita juga masak bareng di dapur. Ga bisa dibilang masak bareng sih, thaya bantu dikit2 kaya nyuci sayuran, icip2 masakan. My husband ikutan nimbrung. seringnya sih cuma ngobrol, akhtar cuma nonton aku masak sambil sesekali minta gendong tuk liat masakan di wajan.
kalau bisa memilih pasti saya akan memilih di rumah, tidak bekerja, jadi full time mother (FTM). Tapi, apa daya... saya harus bekerja karena perlu membantu suami dalam perekonomian keluarga. "Rezeki kan dari Alloh, anak2 kan sudah dijamin rezekinya. Jangan khawatir..." kata mama senin-sabtu. loh, kok ada mereka lagi? :t.
kalau saya bernasib seperti mama senin-sabtu (yang ada di sekolah keponakan saya) alhamdulillah sekali. Tidak perlu bekerja karena penghasilan suami sudah lebih2 tinggal mikir cara ngabisin duit nya dengan cara:
- Tiap hari ga perlu masak, beli saja lauk di warung deket sekolah
- Di sekolah anak sambil nunggu anak pulang, beli bakso sambil ngobrol ngalor ngidul
- Beli barang dagangan yang dibawa mama senin-sabtu yang lain mulai dari sprei, baju, alat masak, tupp**w**, kosmetik.
- Pulang sekolah jalan jalan ke mall terdekat.
Tapi, saya tetap dan harus bersyukur dengan keadaan saya sekarang walaupun harus:
- Meninggalkan anak yang tidak mau ditinggal (syndrom hari senin)
- Bangun jam 3.30 pagi tuk masak demi
ngiritmakanan sehat - Langsung ngurus anak kalo dah sampai rumah menjelang maghrib
- Tetep on and ga boleh capek (walaupun beneran capek) tuk temenin mereka main dan mendongeng sebelum tidur
Astagfirulloh, alhamdulillah,.. masih banyak kenikmatan yang saya peroleh. Tetap bisa dekat dengan anak2 dan suami. kalau saya sudah di rumah tuh, anak2 ngikut terus ke mana saya pergi kadang lucu ngliat mereka "ngekor" mulu di belakang saya. Sambutan mereka tuh luar biasa kalau aku pulang kerja. Selalu penuh teriakan "Ummi,.." sambil berlari dengan kedua tangan terbuka lebar tuk rebutan meluk saya. Berpelukan erat lamaaaa, cipika cipiki. *mak nyes kalo dah gini
Tapi kalo saya perhatikan seseorang yang di rumah saja alias FTM (seseorang itu lho ya,. saya ga mengeneralisasi tuk semua FTM ) kalo sama anaknya kok ya super galak ya? ga ada lembut2 nya ma anak. Apa karena sudah seharian sama anak jadi cenderung mudah marah ya?.
Di grup mak-mak dunia maya pun sering saya temui perdebatan tentang ibu bekerja atau ibu tidak bekerja yang tidak ada ujungnya. Jadi, menurut saya full time mother atau working mother yang penting dia tetap menjadi ibu yang berkualitas bagi anak2nya. Ibu yang bisa mengantarkan anaknya menjadi orang yang bisa dibanggakan karena berhasil dunia dan akhirat. *daftar-daftar jadi ibu seperti itu. Amin... :y
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca,... please give your comment here ;)